Rohman
|
Pak Dhe BPS
|
Heroe PS
|
Rizal Yusaac
|
Boy Unyil
|
Djoko Sulis
|
Agusta
|
Simonov
|
Ervien JB
R100GS
|
Yonee
|
Dhimas
R100R
|
Soeharno
|
Bambang S Aji
R1100GS
|
Irwan
Piaggio
|
Ide turing dadakan untuk mengisi hari kejepit di akhir pekan mendadak menjadi banyak peminat, dari semula hanya lima motor yang rencana jalan, tiba-tiba bertambah menjadi diatas sepuluh. Rute Ujung Genteng - Tanjung Lesung menjadi daya tarik tersendiri, konon banyak cerita seru dan mengasyikkan dari mereka yang sudah menempuh jalur ini. Jalan menikung dengan tanjakan curam sepanjang pelabuhan ratu - bayah tidak pernah habis untuk dijadikan bahan cerita.
Ide untuk membuat kaos seragam turing muncul tiba-tiba. Karena awalnya turing ini tanpa nama dan tanpa tema, hanya sebatas lanjutan dari turing ke garut tiga bulan sebelumnya. Kebetulan tahun 2013 ini BMW Motorrad tepat berusia 90 tahun dan dijadikan tema turing dadakan. Untuk gambar kaos, theme 90 years BMW Motorrad dimodifikasi dengan menambahkan gambar motor yang sedikit klasik, R90s dan R50/2.
Sehari menjelang keberangkatan, satu peserta mundur karena kepentingan keluarga yang tidak dapat dihindarkan. Padahal Widhi sudah bela-belain beli R75/5 dan motor dikebut setel mesin supaya siap dipakai dalam turing kali ini.
Bogor - Ujung Genteng
Tidak ada kata sepakat untuk menentukan meeting point di sekitaran Jakarta mengingat sebaran peserta yang lumayan beragam. Ide untuk janjian di Warung Jambu Bogor langsung disepakati. Ditetapkan pukul setengah lima di SPBU Warung Jambu Bogor. 12 motor tiba tepat waktu dalam waktu yang hampir bersamaan dalam beberapa rombongan. Yang terakhir bergabung Boy, Djoko dan anaknya Irwan yang numpak Piaggio warna orange. Semua ceria, gak ada cerita murung durja kalo yang yang namanya turing ...
Kelar dholat shubuh, di ufuk timur sana matahari mulai beranjak naik dan kami sudah jalan beriringan menuju arah Ciawi. 2 motor ditinggal, Heroe dan anaknya Dhimas memilih untuk menyusul jalan tengah hari. Jalan yang semula sepi lancar tiba-tiba padat selepas Ciawi. Udara pagi yang sejuk berubah panas karena menyusuri jalan sempit berebutan dengan bus dan truk,karena ada perbaikan disisi jalan. Harus jalan ekstra hati-hati, jalan raya yang sebenarmya lega jadi terasa sempit, ditambah lagi dengan pasir dan kerikil yang bertebaran di sisi jalan. Dalam sekejap, konvoi yang awalnya berjalan rapi beriringan langsung berantakan. Hanya mekanik yang tetap setia untuk selalu berada paling belakang sebagai sweeper.
Pukul setengah tujuh R51/3 Rohman menepi tidak jauh setelah lewat pasar Cicurug. Mesin motor tiba-tiba mati, awalnya diduga karena overheat. Motor susah dihidupkan, ternyata ruang bakar kebanjiran bensin. Tidak susah untuk menghidupkan kembali cuma modal amplas dan kunci busi. Sementara itu masuk kabar kalau Piaggio Orange terjatuh tidak jauh selepas Ciawi. Terpeleset karena menghindar lubang dijalan yang licin berpasir. Tidak ada kerusakan dan cidera yang berarti, hanya saja Irwan sedikit terkilir pergelangan tangannya. Tidak memaksakan diri, diputuskan untuk balik kanan pulang kerumah. Untuk R60/2 Djoko dan Piaggio Irwan bisa dibilang turing mereka selesai sampai disini ...
Entah karena sok tahu atau tidak mengikuti petunjuk rute dari ketua rombongan, sesampainya di Cibadak Rohman, Hidra dan Pak Dhe Bambang belok kanan. Menuju Pelabuhan Ratu Lewat Cikidang. Padahal Soeharno dan Rizal menunggu tidak jauh di depannya dekat pos polisi. Baru disadari kalau tiga orang ini meninggalkan rekan-rekannya jauh di belakang ketika 5km menjelang Pelabuhan Ratu, ketika berhenti di depan kantor Badan Permusyawaratan Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu. Disampingnya ada sebuah warung yang menyediakan secangkir air panas mendidih yang dicampur kopi dengan sedikit gula ....
Menyadari kawan jauh tertinggal sekitar satu jam di belakang, tiga motor ini berjalan pelan. Selepas pelabuhan ratu belok kanan arah Jampang Kulon lewat jembatan yang melintas sungai Cimandiri.
Ada dua jembatan disini, disamping jembatan yang menjadi jalur utama, masih berdiri jembatan gantung legendaris yg berwarna kuning peninggalan jaman Belanda. Masyarakat setempat menyebutnya Jembatan Kuning Bagbagan.
Pukul 09.30 di sekitar Cigarut menepi di Pondok Sate Sindang Heula. Banyak ragam makanan dijual disini. Tempatnya bersih, cukup luas untuk tidur-tiduran dengan area parkir yang luas dan terbuka. Cukup strategis untuk mencegat kawan yang nanti lewat. Disini dapat info dari pemilik warung kalau ternyata Bambang R1100GS baru lewat sekitar 10 menit yang lalu sendirian. Tidak sampai 15 menit Ervien R100GS tiba dan kamis udah komplit 10 motor 30 menit kemudian.
Berhenti disini tidak lama, setelah segelas kopi dan makan sekedarnya saja tidak perlu kenyang-kenyang. R51/3 Rohman berulah, mulai susah untuk dihidupkan. Mesti ada campur tangan mekanik untuk mneghidupkan mesin. Ujung Genteng adalah rute final hari ini, sudah dekat sebenarnya. Sebisa mungkin sampai disana pas jam makan siang, langsung terbayang santap ikan bakar dipinggir pantai. Jampang Kulon sudah dilewati. Dari Surade, Ujung Genteng sudah semakin dekat. Namun sempat terhenti sekitar setengah jam di Surade karena R1100GS disenggol motor bebek penduduk sekitar yang berbonceng tiga. Tidak ada motor yang terjatuh dalam insiden ini, hanya saja Box R1100GS sebelah kanan terjatuh dan pecah. Sementara satu pembonceng bebek terluka memar di pergelangan kaki. Tidak ada rumah sakit disekitar TKP, pengobatan darurat diberikan di tempat praktek Bidan EulisRosmiati yang berada sekitar 1km di depan.
Tepat jam 12.00 kami sudah sampai di Ujung Genteng. Sempat salah belok ke kiri menuju pasar ikan. Cuaca cerah, R80G/S tak tahan godaan untuk foto-foto. Tak peduli terpisah dari kawan-kawan yang sedang mencari tempat makan. Wilayah Ujung Genteng masuk pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Salah satu tujuan wisata pantai di Jawa Barat. Pantai disini terkenal keindahannya, memiliki karakterisitk umumnya pantai selatan pulau Jawa yang bersih airnya dan ombak yang besar. Pastinya menjadi surga bagi mereka yang suka fotografi. Konon nama Ujung Genteng berasal dari Ujung Gunting, dimana posisi Ujung Genteng berada di ujung salah satu sudut pulau di Jawa Barat yg berbentuk gunting.
Sebenarnya tempat penginapan sudah dipesan, letih tubuh kalah suara dengan rintihan perut. Tidak jauh dari simpang tiga di pantai ujung genteng terlihat warung makan yang menyajikan ikan bakar. Ada bangunan utama terbuat dari kayu dan bambu beratap daun kelapa kering. Dibagian depan terdapat parkiran berbatu, disebelah kiri disediakan bangunan tambahan untuk makan lesehan. Walau hari libur tapi tidak terlalu banyak pengunjung datang siang itu. Sebenarnya tempat ini sangat asyik untuk tidur-tiduran (lagi) karena banyak pohon rindang disekitarnya. Tapi apa asiknya leyeh-leyeh dengan perut lapar ..? Nampaknya sang pemilik warung tidak siap dengan 11 perut lapar yang datang tiba-tiba. Sementara menunggu hidangan tersaji dapat kabar kalo Heroe dan Dhimas dalam perjalanan sedang mendapat trouble di Cibadak, R67/2 nya berulah, mendadak mati dan susah dihidupkan. Tapi kunci-kundi dan spare part dibawa lengkap. Api yang dikeluarkan dari busi kecil dan lemah. Tapi semangat untuk melanjutkan turing masih kuat dan terang. Mekanik memberi saran agar busi agak dirapatkan.
Butuh satu jam setengah untuk menyajikan menu ikan bakar, itu pun setelah dibantu Bu Elis yang sengaja dibawa sebagai koki turing untuk membuat sambal. Begitu tersaji, makanan disantap dengan lahap seolah tanpa ada sedikitpun rasa iba untuk kucing .........
Pondok Hexa tempai kami menginap tidak lah terlalu jauh. Motor dipacu dengan kecepatan sedang menyusuri jalan di sepanjang pantai yang tidak jelas apakah ada aspal atau tidak karena lebih banyak pasir padat dengan sedikit batu di sepanjang jalan. Hanya jejak roda kendaraan yang menandakan kalo yang dilewati ini adalah jalan raya. Sesekali jalan raya tertutup oleh genangan air yang tidak bisa ditebak kedalamannya, kalo ketemu jalan begini biasanya GS disuruh jalan duluan.
Cuma butuh 15 Menit untuk sampai ke Pondok Hexa. Pantai laut selatan tepat di depan penginapan, hanya dipisahkan jalan raya. Di seberangnya ada sebuah warung kecil yang ternyata juga menyediakan ikan bakar.
Penginapan ini lumayan luas dengan kamar-kamar yang berada dalam posisi terpisah dengan rumput berpasir tanpa ada beton permanen di perkarangan, agak kotor kalo sehabis hujan.
Tidak bisa berharap banyak kalo soal makanan di penginapan ini, tidak ada pilihan selain nasi goreng. Kalau ingin ikan bakar dipesan dulu ke tempat lain. Bahkan untuk air mineral pun mesti beli ke warung.
Sementara Rizal sibuk mengurusi jatah kamar, R67/2 sudah sampai di daerah Cigarut Jampang Kulon. Tempat yang sama kami berhenti tadi pagi.
Sepanjang sore acara bebas. Suasana liburan mulai terasa, banyak mobil-mobil pribadi dengan plat nomor Jakarta, Bogor hilir mudik mencari penginapan atau parkir di sisi pantai. Termasuk rombongan 20 anggota klub motor cross dari Bandung.
Menjelang sore cuaca mendung, harapan foto-foto sunset di ujung genteng sirna. Walau begitu Bambang BSA tetap setia menikmati cakrawala sendiri ditemani Hidra. Soeharno dan Rohman jalan mesra berdua menyusuri pasir di pantai, tapi gak gandengan. Agus dan Rizal gak mau kalah, kencan naik R100GS nyusur jalan arah barat arah pangumbahan. Duo mekanik sibuk ngecek motor.
Makan malam jam 20.00 bertepatan dengan R67/2 dan R100R yang akhirnya sampai di Pondok Hexa untuk bergabung. Menu makan malam, lagi-lagi ikan bakar. Tapi gak pernah bosan dan selalu habis tandas. Selesai makan gerimis mulai turun, mekanik sigap dorong R67/2 ke tempat yang ada teduh untuk cek pengapian. Kamar bu Elis langsung dirubung, ada gula ada semut. Asiknya kalo turing bawa ibu-ibu adalah selalu tersedianya cemilan setiap saat. Kacang dua kelinci, biskuit dan kopi kapal api sachet cukup untuk menikmati Soeharno yang malam itu sedang on fire ngelawak. Gak usah diceritain lah isi lawakannya .. :D
(bersambung .. Day 2)
No comments:
Post a Comment