Sunday 24 February 2013

Garut Go-Show Turing 2013

Garut - Pamengpeuk - Pelabuhan Ratu,  14 - 17 Februari 2013






Termasuk dalam turing yang minim perserta, awalnya ide dadakan dari beberapa bikers yang terkendala soal kerjaan dan tugas rutin di kantor. Lain  itu faktur cuaca yang hampir setiap hari hujan karena masih dalam suasana imlek mengakibatkan banyak yang mundur dan tidak minat untuk ikut turing. Terkecuali  7 orang nekat dan benar-benar kebelet turing. Start disepakati tepat pada perayaan Valentine Day 2013, tapi tema turing tidak mengambil tema valentine. Turing kali ini pokoknya hanya gelinding dan tidak ditentukan secara pasti dimana berhenti untuk menginap, tujuan utama hanya arah garut dan pulang menyisir jalan kecil pantai selatan Jawa Barat.

Depok
Sementara Real Madrid dan MU masih bertanding dalam Liga Champions Eropa (skor 1-1), para bikers sudah  panasi motor untuk janji temu jam 4 dini hari di Depan Margo City Jalan raya margonda depok.  Jam segitu jalana masih sepi,  jalur Margonda Raya yang biasa padat cenderung macet terasa ditempuh dalam waktu singkat. Jam 4 kurang 5 Hidra R80G/S datang pertama kali, gak lama setelah matikan mesin motor, Seno  R26 dan Boy R60/2 datang bersamaa dari arah pondok pinang. Agak lama menunggu rombongan berikutnya, karena saling tunggu di sekitaran pasar minggu, Rizal R50/2, Dodo R25/3 dan Agus R90s datang bergabung. Satu orang lagi, yang susah dikontak dan tak kunjung tiba, Disto K100. Tidak sabar riding dan untuk menghindari macet di Jalan Raya Bogor, tepat jam setengah 5, 6 motor start menuju Bogor. Kirim pesan pada disto, ditunggu di pom bensin Warung Jambu Bogor.

Warung Jambu Bogor
Jalanan masih kosong tapi riding tidak dengan kecepan tinggi, santai aja nikmati udara pagi. Agak tersendat ketika melewati pasar Cibinong, sudah ramai orang berjualan sayuran sampai pinggir jalan dan beberapa angkot yang parkir menghalangi sampai setengah badan jalan, tapi itu bukan masalah. Hari makin terang, sesampainya di pon bensin warung jambu menyegerakan sholat subuh sambil nunggu disto yang ternyata bangun kesiangan. Dodo dan Seno keasyikan jalan, disusul boy yang akhirnya berhenti di pom bensin Ciawi, menunggu disana. Sampai kelar Sholat Shubuh disto belum juga muncul, ditinggal lagi ..!

Ciawi
SPBU Ciawi, Pesan kopi pagi di Toko Waluya. Lima cangkir kopi dan dua gelas teh. Hari masih pagi tapi beberapa pada ngeluh ngantuk, ada yang ngaku tidak bisa tidur malam sebelumnya dan ada juga yang ngaku menyempatkan diri nonton Liga Champions Madrid vs MU.  Sebelum jalan dibuat kesepakatan,  selanjutnya berhenti sarapan pagi di puncak, ngopi di ciawi ini belum dianggap sarapan, cuma iseng sambil nunggu K100. Kali ini mesti ditunggu sampai  datang beneran, melintas puncak harus komplit 7 motor. Tidak lama, Disto muncul .. Berhenti sebentar langsung jalan lagi. Yang riding paling depan diberi veto untuk pilih tempat sarapan.

Puncak
Jalan raya puncak mulai ramai, sekitar 5 menit setelah melewati Masjid Atta'awun Puncak, R80GS yang paling depan berhenti dan memilih tempat yang representatif, parkir lapang, makanan komplit, ada toilet dan ada tempat untuk rebahan. Kopi (lagi), bandrek, teh manis pelengkap gorengan dan roti kering. Cuma Hidra yang pesan indomie, lapar katanya dengan alasan mengejar on time di Depok tidak sempat sarapan. Disini ternyata tidak ada yang tidur walau tadi sempat mengeluh ngantuk, tapi hampir semua mampir di toilet umum yang berada tepat di depan warung. Masalah pertama muncul, R60/2 agak susah untuk dihidupkan. Diagnosa pertama, ruang bakar kebanjiran bensin. Lepas busi, bersihkan dan motor langsung bisa hidup.

Padalarang
Setelah sempat salah belok di Cianjur, riding menuju padalarang lancar jaya. Mulai terasa tersendat ketika melewati Gunung Kapur Padalarang. Banyak truk-truk pengangkut batu yang berjalan perlahan di tanjakan padalarang. Memasuki kota Bandung, korban pertama dari dari kondisi ini adalah R90s yang mengalami putus kabel kopling tepat sekitar 1km sebelum pintu tol Padalarang. Pas sekali kable kopling putus dan berhenti di depan bengkel motor dan kebetulan juga jual kabel kopling motor vespa. R60/2 juga ikut2an ngambek, lagi-lagi busi mati dan motor susah hidup. Udara terasa panas karena matahari semakin tinggi dan lalulintas sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor. Sambil menunggu mekanik garap motor, Rizal cegat tukang es cincau. Langsung order 7 gelas dan hilang dahaga seketika.

Bandung
Memasuki kota Bandung udara semakin panas, lalulintas makin padat. Butuh waktu satu jam dari padalarang menuju jalan Soekarno-Hatta . Sebenarnya nanggung untuk makan siang, baru jam 11 lewat sedikit. Tapi sudah kecapean berpanas-panas berkawan macet. Sepakat kami untuk makan siang di Bandung saja, dari jalan Soekarno Hatta belok kiri ke Jalan Buah Batu menuju Rumah Makan Kedai Mangga di Jalan Pelajar Pejuang  45 bandung . Disini makan enak dengan masakan khas sunda. Kira-kira seperempat minum teh, hujan mulai turun dengan deras nya. Sudah kenyang makan beberapa orang mulai rebah, dan Rizal minta ijin untuk mampir ke rumah orang tua. Tidak jauh dari sini, kira-kira sepelemparan batu katanya …  Ijin diberikan bahkan berlama-lama juga boleh, cukup alasan untuk tidur-tiduran dengan alasan nunggu Rizal kembali. Agak males juga mikirin riding dengan kondisi hujan deran menuju luar kota arah nagreg.

Rancaekek - Limbangan
Hujan tidak kunjung berhenti, sekitar jam 2 rizal muncul dengan mantel basah kuyup ngajak jalan lagi, Kalo hujan seperti ini bisanya sampe sore tidak akan berhenti. Butuh waktu setengah jam untuk berkemas dan ganti kostum. R60/2 yang dikhawatirkan, ternyata mudah untuk dihidupkan. Jalan bypass Soekarno Hatta Pamer Susu (Padat Merayap Susul-Susulan), gak semacet yang diperkirakan. Mungkin karena Hujan yang cukup lama bikin orang malas untuk berkendara. Ujian sebenarnya ternyata ada Jalan Raya Rancaekek – Nagrek, Macet Luar Biasa. 7 motor tercerai berai, masing-masing berupaya menembus macet cari jalan sendiri-sendiri. Sekitar 5km Pamer Paha (Padat Merayap Tanpa Harapan) habis waktu satu jam melewati jalur ini. Beberapa motor mengalami  overheat walau tidak sampai mati mesin. Biang kerok dari macet ini karena adanya kubangan air yang tidak cukup dalam tapi lumayan lebar sekitar 20 meter, semua kendaraan yang melewati harus jalan perlahan. Akibatnya kemacetan mengular dibelakang. Lepas dari kemacetan berhenti sebentar di pon bensin terdekat, ngaso sekalian lepas atribut anti hujan satu persatu motor yang tercecer dibelakang berkumpul. Tujuan berikut adalah Kota Garut, Jalur Nagrek lancar jaya dan awan gelap menghadang di depan pertanda hujan bakal turun (lagi). Masih sore dan masih cukup banyak waktu sebelum masuk kota Garut, sekedar untuk ganti suasana kami memilih masuk kota garut lewat Limbangan. Walau sedikit memutar tidak apa, Jalur ini memang bukan jalur utama. Jalanan relatif kecil dan tidak banyak kendaraan besar yang melintas. Pemandangan kampung dan persawahan banyak dilewati sepanjang jalan. Tidak bisa ngebut dijalur ini, banyak tikungan sepanjang jalan yang basah karena hujan. Sumpah tidak terasa capek lewat jalan sepertini, beda sekali dengan jalur di Rancaekek tadi. Masih riding ditemani gerimis, sebelum Cibatu kami belok kiri, seperempat minum teh sampai di Banyuresmi, disini ada danau Situ Bagendit yang konon danau ini berasal sebagai hukuman kepada nyai endit yang serakah dan tidak bisa mensyukuri nikmat. Disini berhenti sebentar untuk foto-foto saja, tidak sempat untuk menikmati pemandangan atau mengelilingi danau dengan rakit karena sudah terlalu sore ditambah hujan gerimis.

Garut
Sudah gelap ketika kami memasuki kota Garut, Warung Baso Parahyangan menjadi tujuan utama. Berada dipusat kota, tempat tidak terlalu mewah, ramai pengunjung dan banyak yang bilang harga disini lumayan mahal. Tapi ada rupa ada harga, suguhan yang disajikan memang setara dengan harganya. Dari beragam makanan yang dipesan tidak ada satupun yang komplain dan semua tandas. Kami memesan dua deret meja, satu untuk makan satu deret lagi khusus untuk naro helm , jaket dan atribut anti hujan lainnya. Walau pemilik warung tidak komplain ada rasa tidak enak juga karena pengunjung yang makin ramai menjelang malam. Karena itu setelah makan kami menyegerakan untuk berkemas menuju arah Cipanas untuk cari penginapan.

Hotel banyu alam cipanas, garut.
Dari sekian banyak tempat penginapan yang ada di daerah Cipanas, Garut Hotel Banyu Alam menjadi pilihan. Tempatnya luas, bersih, dan area parkir yang cukup luas. Bagus nya lagi, motor bisa parkir tepat didepan kamar. Pilihan kami rumah bangunan kayu dengan satu kamar yang berada tepat di pinggir kolam yang cukup luas, yang hobi mancing pasti senang.Rutinitas pagi, setelah santab sarapan beberapa orang sibuk cuci motor. Ada instruksi untuk memakai seragam turing hari ini, lanjut sesi foto bareng. Cuma Seno yang tidak pakai seragam turing, salah ukuran jadi kegedean kalo dipakai .. J
Rapat sebentar, ada dua pilihan mau langsung riding ke arah Pamengpeuk atau main-main dulu ke kota Garut lihat-lihat kerajinan produk dari kulit. Rasanya belum komplit main ke Kota Garut kalo tidak shopping jaket atau produk lain dari Kulit. Sepakat mampir dulu ke Kota dan parkir di sentra kerajinan Kulit. Hunting rompi dan sarung tangan, hanya satu dua orang saja yang serius mau belanja, lainnya ikut sibuk nemani sambil scanning penjual yang memang hampir semua mbak-mbak.
Sempat juga menikmati Es Goyobod, minuman tradisonal khas Garut. Goyobod adalah
adonan hunkue atau kanji yang dipotong-potong. Menurut saya minuman ini masih sodara jauh dengan Es Teler Garut dan Es DoGer Betawi. Rasanya yang kenyal gurih dengan campuran alpukat dan kelapa .
Jam 11 semua motor sudah dihidupkan dan siap jalan ke Pamengpeuk. Sholat jum’at sekenanya di mesjid yang dilewati dalam perjalan luar kota Garut. Mesjid pertama yang terlihat menjelan waktu Sholat Jum’at adalah Mesjid At-Taqwa yang tidak jauh dari Restoran PJM yang berada di Lintasan Jalan Raya Garut – Cikajang. Cocok !! Menunya sederhana, ayam goreng dan ikan mas goreng, yang gak tau malu berani pesan dan makan petai. S sugesti pasti setelah makan siang pasti ngantuk, dibalas dengan sugesti juga dengan minum kopi selepas makan. Cuaca panas dan terang benderang, sudah terbayang asik berkendara dengan cuaca begini di jalur berikutnya yang banyak tikungan dan pemandangan indah. Jaket dan sepatu yang basah semalam sudah kering semua karena panasnya matahari.


Cikajang
Panas yang di rumah makan PJM rupanya hanya tipu-tipu saja, memasuki Cikajang hujan mulai turun, sempat berharap ini hujan kecil dan cuma sebentaran saja. Tapi makin lama makin Gede, Jas hujan terpaksa dikeluarkan dan minggir untuk dandan di emperan toko. Rizal dan Agus sudah pernah lewat jalur ini dan bilang gak jauh di depan kita bakal melintas perbukitan dan banyak spot bagus untuk foto-foto. Di Cikajang ini jalan tidak terlalu mulus dan cenderung keriting tapi masih bisa dinikmati. Hanya saja kurang nyaman melintas dan belok-belok di jalan yang basah kena air hujan. Benar saja, tidak lama kami melintas perbukitan dengan jalan berkelok menanjak. Kabut mulai turun walau tidak terlalu tebal. Terasa riding diatas awan, sisi kanan tebing dan sisi kiri jurang dengan pemandangan lepas sejajar kabut.
Di Bukit Cikuray dekat tebing dengan pemandangan terbuka dan cukup aman untuk parkir motor di pinggir jalankami berhenti untuk foto2. Jalan cukup sepi, sesekali saja kendaraan motor dan mobil lewat melintas. Kendaraan besar bisa dibilang tidak ada yang lewat jalur ini.
Setelah melewati pos polisi Kecamatan Cihurip Tempat persinggahan yang cukup representative yang pertama kali kami temui adalah Rumah Makan Gunung Sari yang berada Jalan Raya Pemengpeuk – Garit Km. 29. Banyak kendaraan yang singgah disini, makanan yang disajikan lumayan kumplit terutama menu khas sunda. Ketika masuk bau khas lalapan langsung tercium termasuk bau menyengat petai yang bejejer di etalase makanan.
Disini R50/2 ada masalah, kelistrikan mati total. Setelah di cek ternyata sekring putus, diduga karena korslet setelah sepanjang jalan diguyur hujan. Tapi klakson mati total, tidak nyaman berkendaran di jalanan kampung tanpa klakson. Tapi terpaksa begitu, dimana mau cari klakson motor di jalur ini. Setidaknya sampai di Pamengpeuk baru ketemu bengkel yang jual klakson.

Pamengpeuk
Jalan aspal mulus dan jalan kasar sedikit keriting silih berganti arah Pamengpeuk. Yang dinanti akhirnya sampai juga, menjelang Pamengpeuk  Jalan mulus aspal baru dan garis marka jalan yang terlihat sangat jelas membuat sensai tersendiri dalam berkendara. Motor bisa dipacu cukup kencang dan percaya diri untuk menikung, walau ada beberapa tikungan yang menyisakan kerikikil di tengah jalan, cukup bahaya sebenarnya. Tapi alhamdulillah tidak ada masalah yang terjadi sepanjang jalur ini.
Meeting point di Pemengpeuk, setelah semua motor berkumpul dari sini kami belok kanan arah ranca buaya melewati cikelet. Knalpot kiri R60/2 makin ngebul keluar asap. Ada kebocoran di silinder kiri, oli ikut terbakar. Ini penyebab busi sebelah kiri kerap mati muda, mesti rajin cek oli mesin kalau kondisi begini.
Sudah menjelang sore, didepan sudah ketemu laut dan bakal banyak ketemu view bagus untuk foto-foto. Rencananya kalu bisa foto sunset di Rancabuaya.

Cikelet
Saking semangatnya karena Rancabuaya sudah dekat, tidak sempat lihat papan penunjuk jalan dan Hidra R80GS salah belok ke kiri arah Pantai Santolo karena ngikuti jalan aspal mulus belok kiri. Disto K100 sama-sama tidak ngerti jalan, mengikuti dari belakang. Setelah sadar salah belok segera berhenti dan sebelum putar balik disempatkan ambil foto di pintu Gerbang Pantai Santolo.
Ada sedikit insiden ketika sampai di Cikelet, maksud hari hendak ngambil foto di jalan menurun yang cukup curam. Agus dengan R90s nya sedikit ceroboh dengan berbelok patah di turunan, alhasil motor roboh tanpa perlawanan. Butuh tiga orang untuk mendirikan motor di tempat seperti ini.
Karena banyak spot bagus, beberapa kali berhenti sebentar untuk foto2. Sedikit terburu2, karena kejar tayang untuk abadikan sunset di Rancabuaya yang jadi tujuan akhir dalam rute hari ini, tak peduli walau cuaca mendung dan banyak awan di cakrawala. Tetap berharap dapat momen sunset di pantai Rancabuaya.
R80GS tancap gas membuntuti R90s, akhirnya sampai juga di Pantai Rancabuaya. Sekitar 300 meter sebelum pintu masuk Hotel Jaya Sakti dapat spot bagus untuk foto sunset. Sendirian disini, teman2 yang lain masih jauh tertinggal di belakang. Matahari terbenam singkat sekali, hanya dapat waktu sekitar 5 menit ambil foto seadanya. Gagal rencana untuk foto siluet bersama dengan sunset di Pantai Rancabuaya sebagai latar belakang.


Rancabuaya, Hotel Jaya Sakti I
Hotel Jaya Sakti I tempat kami menginap hari ini. Tidak terlalu ramai tamu, sehingga dapat memilih kamar dengan leluasa dan bisa parkir motor tepat di depan kamar. Hotelnya tampak masih baru, bersih dan lapangan parkir yang luas. Hanya saja hotel ini tidak menyiapkan restoran, untuk pesan makanan atau minuman kami mengandalkan warung yang berada tepat di depan hotel. Warung biasa tapi menyediakan juga menu ikan bakar dan hidangan laut lain, tapi kudu musti pesan dulu sebelumnya. Ada beberapa tempat disana yang memang dipersiapkan untuk duduk-duduk santai ngobrol sambil ngopi. Yang paling asik tempat yang ada ditengah lapangan parkir, padangan terbuka arah pantai. Di samping dekat pagar hotel juga ada tempat yang lumayan asik untuk nongkrong.
Rute hari kedua lebih menyenangkan, beda dengan sehari sebelumnya. Kali ini badan tidak terlalu capek sehingga bisa ngobrol-ngobrol sampai larut malam. Semua bergunjing sahut-sahutan. Kasihan motor –motor BMW itu, jadi pergunjingan kami sepanjang malam.

Hujan turun deras sejak shubuh, sampai jam 7 pagi masih tersisa rintik-rintik hujan turun. Rutinitas pagi cuci motor agak sedikit terganggu, lap motor pakai kanebo saja dan kebrangkatan yang direncanakan jam 8 pagi tertunda karenanya. Sarapan pagi pesan di warung depan hotel menu nya nasi goreng plus telor. Setelah hujan berhenti cuaca mendadak cerah langit biru dan cahaya matahari deras dari arah samping. Moment paling pas untuk foto2. Sebelum lanjut arah Cidaun, kami foto bersama di depan hotel. Susah juga ngumpulin personil untuk berpose di depan motor, semua sibuk mendokumentasikan foto masing-masing. Jam sembilan lewat sedikit mesin sudah menderu meninggalkan pantai Rancabuaya, sampai diperempatan belok kiri arah Cidaun.


Cidaun
Aspal selepas ranca buaya mulus lus. Jalan santai saja, bahkan motor yang cc besar dipacu dengan kecepatan 60km saja. Ternyata jalan mulus seperti ini hanya disekitaran Rancabuaya saja, seperempat minum teh berkendara, jalanan sudah mulai menampakkan wujud aslinya. Keriting dan terdapat beberapa kubangan air bekas hujan, andai semalam tidak diguyur hujan jalan pasti berdebu saban dilindas roda. Walau bergitu iring2an tetap komplit 7 motor. Yang paling depan kadang tancap gas dan di depan cari posisi berhenti untuk ambil foto rekan2 yang riding.
Ada banyak sungai yang dilewati dalam rute ini, salah satu yang nearik adalah jembatan panjang diatas Sungai Cilayu yang menghubungkan kampung Margahayu dan kampung Cikendal, dua kampung di Desa Sujajaya Kecamatan Cisewu. Ada jalan menurun yang cukup panjang sebelum mencapai jembatan ini, dari sini dapat dilihat bentangan jembatan berlatar pesawahan . Air yang mengalir di sungai ini sangat jernih dan ada pemandangan sawah dengan padi menguning berlatar belakang pantai. Lumayan lama berhenti disini. Tepat dibawah jembatan dapat dilihat penduduk setempat memanfaatkan air yang bagus ini untuk mandi bahkan untuk cuci motor. Tidak jauh dari sini ada lagi jembatan diatas Sungai Cilaki yang panjangnya sekitar 273m, Jembatan ini menjadi tapal Batas Kabupaten Cianjur dan Garut. Di jembatan ini tidak berhenti, Cuma numpang lewat saja.
Karena kondisi jalan yang kurang bersahabat, beberapa motor mengalami kendala. Di Cidaun kami berhenti, R80GS harus dikencangkan baut Komstir, Sok Breker depan K100 mulai ngiler. Habis Kopi segelas langsung tancap gas untuk makan siang di Sidangbarang.


Sidangbarang
Menjelang Dzuhur kami tiba di Sindang Barang. Turing belum selesai, tapi perjalanan tujuh motor terpaksa selesai sampai disini. Seno dan Dodo harus tiba di Jakarta malam ini juga, dengan terpaksa rombongan terpecah dua. Dua motor belok kanan, arah cianjur. Sisanya lanjut terus sampai Pelabuhan Ratu lewat Surade. Sempat terniat untuk mampir di pantai Ujung Genteg, tanggung sedikit lagi dari Surade.
Sebelum berpisah disempatkan sholat bersama di Mesjid Besar Al-Jihad Sindangbarang. Mesjid nya megah tepat berada di tepi jalan raya. Makan siang masih disekitaran mesjid ini, Warung Yayu namanya. Menu utamanya ayam goreng kampung. Pukul satu lanjut arah Surade, walau lima motor yang tersisa termasuk kategori motor cc besar tetap tidak dipaksakan untuk jalan ngebut. Selain kondisi jalan yang tidak memungkinkan, juga faktur umur. Maklum 2 motor masuk kategori motor tua, sayang untuk dipakai kebut-kebutan. Setengah jam kemudian kami sampai di perkebunan Karet yang masuk dalam wilayah PTPN VIII Agrabinta. Jalu rmenebus kebun karet yang rindang. Sejuk, teriknya matahari tidak terasa kala melintas perkebunan ini. Rindang pohon memayungi jalan raya. Jalan yang dilalui semakin parah, banyak jalan berlubang dan berbatu. Sesekali mendapati aspal yang mulus tapi jauh lebih banyak jalan bergelombang bercampur tanah. Kebayang beratnya lewat jalur ini kalo sedang hujan. Tidak banyak kendaraan yang lewat, sepeda motor menjadi transportasi utama penduduk di sekitar. Sesekali dijalan ditemui orang menggembala ternak, uniknya sempat bertemu anak kecil yang menggiring belasan kambing menggunakan sepeda motor.
Jam tiga, berhenti di Tegalbuleud. Kami sudah masuk di Kabupaten Sukabumi. Cukup lama menunggu 2 motor yang tertinggal jauh di belakang. K100 Disto tidak dapat di paksakan jalan dengan kecepatan tinggi di kondisi jalan seperti itu. Kebocoran oli sok breker depan makin parah, terutama yang sebelah kiri. Untuk menghindari kerusakan terpaksa motor dibawa perlahan. R60/2 si Boy dengan setia mengawal. Motor tua mengawal motor muda.

Surade
Lepas dari Tegalbuleud, kondisi jalan jauh lebih baik. Tapi  belum juga berjumpa dengan pom bensin. Diinfokan oleh pemilih warung nanti di Surade ada pom bensin yang cukup besar. Disana nanti perhentian berikutnya untuk isi bahan bakar. Tidak ada satupun yang khawatir kehabisan bensin di tengah jalan.
Jalan sudah sangat bagus, seolah balas dendan dengan kondisi jalan di Agrabinta semua memacu motor dengan kencang untuk menikmati jalan. Disini sudah tidak jalan menyisir pantai lagi. Banyak melewati jalan berbukit dan banyak tikungan. Di sekitar Cidahu, R60/2 yang selalu berada di belakang tidak terlihat dalam iring-iringan. Setelah ditunggu sekitar 10 menit tidak juga muncul, ada pengendara yang lewat dan memberi kabar kalo ada satu motor yang mogok dibelakang. R80GS dan K100 putar balik dan setelah berjalan sekitar 3km terlihat R60/2 menepi pasrah .. kehabisan bensin ternyata. Donasi bensin ditolak, sudah pesan ke tukang ojek katanya !
10 Menit kemudian ketemu jalan raya, Ke kiri arah Ujung Genteng, kami belok kanan arah Surade. Niat untuk mampir ke ujung genteng gagal. Sudah terlalu sore, banyak waktu terbuang di jalur Agrabinta.

Jampangkulon
Jalur Surade – Jampang Kulon termasuk jalur utama, Jalanan sudah ramai dengan kendaraan. Beda sekali dengan jalur sebelumnya. Secara umum kondisi jalan baik. Sesampainya di Jampang kulon mendung menghadang dan mendadak gelap. Bakal hujan deras sepertinya. Minggir di warung untuk ganti kostum anti hujan, Warung Sate Kambing Momotulang namanya. Setelah saling lirik, kenapa juga harus riding hujan2an ? Mending neduh saja sekalian di warung ini sambil makan sate. Semua setuju ! Nyate diiringi hujan.
Menjelang magrib tidak ada tanda-tanda hujan reda. Takut terlalu malam tiba di pelabuhan ratu, Starter (ngengkol) motor dibawah hujan untuk segera bergerak. Jalanan sudah mulai gelap ketika mata melihat Jarak Pelabuhan ratu di patok pinggir jalan yang menunjukkan angka 24km. Sudah dekat. Seiring dengan itu, hujan makin deras, kabut makin tebal ditambah lagi harus mengawal R60/2 yang lampu depannya mengandalkan bohlam 6v yang tidak lebih terang dari cahaya lilin. 5 Motor jalan beriringan dengan kecepatan tidak lebih dari 20 km/jam.

Pelabuhan Ratu
Jarak pelabuhan ratu yang sudah dekat terasa sangat jauh, fisik cepat drop kala berkendara di bawah guyuran hujan dan cuaca dingin. Tidak gampang untuk mendapat tempat menginap di Pelabuhan Ratu kala malam minggu, maksudnya susah untuk mendpatkan penginapan yang murah .. :p
Ada tukang ojek yang baik hati memberitahu hotel yang murah meriah ada di Pantai Citepus. Hotel Cleopatra namanya, dengan Rp 500rb dapat satu rumah dengan dua kamar didalamnya. Tidak ada AC, satu unit tv 14inch model jadul dan stop kontak yang sudah longgar semua. Pun tidak ada jatah sarapan pagi. Sesuai dengan kriteria yang dipilih, Hotel Murah Meriah. Tapi itu semua tidak masalah asal bisa parkir motor tepat didepan kamar. Ini syarat utama !
Bangun pagi di pelabuhan ratu masih si temani hujan gerimis, malas sekali untuk bangun. Badan terasa sangat capek setelah riding diguyur hujam malam sebelumnya, ditambah lagi hari ini adalah hari terakhir dan turing akan segera berakhir. Antrian mandi pagi lumayan lama karena kamar mandi cuma ada satu. Tidak banyak obrolan pagi kali ini, semua sibuk ngopi dan ngeteh plus gorengan. Mekanik sibuk memperbaiki lampu rem belakang R50/2 yang sedang korslet, sesekali ngeledek lantaran servis darurat soket lampu di ganjel sedotan sebagai solusi sementara.Sambil manasin motor ada duel K100 dan R90s, diadu motor mana yang getaran paling halus. Segelas teh ditaruh di atas motor sambil dinyalakan dengan RPM rendah. Tentu saja K100 yang menang. R80G/S tadinya mau ikutan juga, tapi kondisi mesin kurang sehat. Tidak cuma air di gelas yang bergetar, bahkan gelas pun ikut bergetar dan nyaris jatuh.

Cikidang
Jalan pulang dari pelabuhan ratu lagi-lagi melewati jalur alternatif, yaitu melewati cikidang yang nantinya akan tembus di Cibadak. Jalur ini merupakan jalur favorit, banyak bikers yang lewat jalur ini saban turing ke Pelabuhan Ratu. Jalan raya yang melewati cikidang ini tidak terlalu besar, sepi banyak berkelok. Sepanjang jalan di kiri kanan banyak melewati perkebunan sawit dan teh yang katanya sudah ada sejak jaman belanda. Walau sangat asik untuk dinikmati, sebenarnya ada beberapa titik yang cukup berbahaya karena ada kelokan patah di jalan yang sangat curam. K100 sempat nylonong masuk parit karena konsentrasi Desto yang terbagi kala mencoba mengambil gambar sambil di atas motor. Memang tidak sampai terjatuh karena motor tersender ke dinding tebing. Butuh 3 orang untuk menarik motor keluar parit. Tidak lama setelah melewati patok Cikidang Km 0 kami berhenti di Terminal Cikidang. Walau matahari sudah tinggi terminal masih terlihat sepi, hanya ada satu warung yang terlihat di sekeliling terminal. Tidak ada nama untuk warung ini tapi menu yang disajikan cukup komplit. Indomie telor jadi pilihan utama makan pagi. Disini kami bertemu iring-iringan belasan motor Piaggio keluaran terbaru, mereka jalan perlahan dengan rapi dengan motor warna warni. Tidak lama berselang lewat sekitar 5 motor BMW R1200GS. Yang ini agak beda, mereka meliuk-liuk memacu motor dengan kecepatan tinggi.

Cibadak
Jam sepuluhan sampai juga di jalur utama jalan raya Sukabumi – Ciawi. Pemandangan langsung berubah, kali ini lawan di jalanan bercampur antara truk, bis dan angkot. Awalnya lalu lintas ramai tapi lancar. Tapi hanya sebentaran saja, memasuki Pasar Cicurug langsung dihajar macet. Begitu parahnya macet sampai-sampai R90s ngajak berhenti karena mesin yang overheat. Orangnya juga overheat, berhenti di warung minum pocari seperti sapi, satu kaleng habis dalam sekali tenggak. Ada sedikit insiden selepas cicurug. Jalanan lancar dan dendam karena frustrasi macet sebelumnya mungkin jadi penyebab. K100 nyenggol motor bebek. Dua pengendara bebek pemuda tanggung yang kedua nya tidak pakai helm yang berhenti tiba-tiba di tengah jalan. Tidak ada kerusakan berarti, hanya spion kiri K100 yang lepas. Motor bebek terbanting melintir ke kiri. Untung tidak ada perdebatan dan saling tuntut berkepanjangan karena Agus yang pakai jaket loreng berlagak seperti tentara, cukup dengan bilang “Kamu yang salah berhenti di tengah jalan .. yuk jalan terus !!”

Bogor
Takut terkena macet lagi di Ciawi, seperempat minum teh kami ketemu pertigaan dan belok kiri di jalan cisalada. Setelah melewati Cijeruk masuk kota Bogor. Harus nya tidak perlu nyasar di kota Bogor tapi kejadian juga hanya karena Desto iseng tanya ke sopir angkot, malah disasarin ke jalan arah Ciapus. Di kota Bogor lagi lagi langit mendung dan mulai gerimis. Berhenti menepi untuk pakai mantel tidak jauh dari pasar kaget yang banyak jual buah segar. Kebanyakan buah manggis, nangka dan durian. Wew .. Durian !! Tapi harga yang tawarkan disini diatas rata2. Bahkan lebih mahal dari pada harga di Supermarket Buah. Tapi gak ada istilah mahal untuk sebiji durian, harga berapapun dibeli. Habis 4 biji durian sebesar kepala orang dewasa untuk tiga orang, Rizal dan Desto tidak (berani) makan durian.

Depok
Keluar dari Bogor langsung arah Jakarta lewat jalan Raya Bogor – Pasar Rebo. Naik motor sudah tidak enak lagi, turing segera berakhir dan separuh pikiran sudah ada di rumah. Sudah tidak peduli hujan yang turun deras di Cibinong. Belok kiri masuk Jakarta lewat Depok dengan maksud menghindari macet di daerah Cijantung dan sekitarnya. Ternyata sama saja, depok tak kalah macet sepanjang margonda. Lenteng Agung jadi titik akhir turing. Disto putar balik arah tanjung barat, sisanya menuju pasar semua. Boy belok kiri arah Pasar Jumat, Agus dan Rizal lurus terus arah Pasar Minggu, Hidra belok kanan arah Pasar Rebo ...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...