Sudah diputuskan, pak Budi perpanjang satu hari di Pangkalan Bun. Bukan karena Hotel Swiss-Bellinn yang nyaman atau menikmati keramahan kota Pangkalan Bun. Tapi kondisi terpaksa, demi menunggu sok breker paralever yang sudah dalam perjalanan. Harus rela kehilangan satu hari agenda turing. Besok ditunggu di Palangkaraya rencananya stand by satu hari untuk city tour.
Untuk solidaritas dan keamanan riding di negeri orang, pak Soderi menawarkan diri untuk ikut menemani, perpanjang sehari juga. Alibi yang sempurna, sebenarnya ada agenda terselubung. Masih banyak kerabat yang mesti didatangi di kota ini.
Agak sedikit kurang semangat dalam persiapan berangkat pagi ini. Pak budi dan Pak Soderi masih duduk2 santai dengan celana pendek, sementara yang lain sudah siap dengan atribut turing, Minus dua motor dalam rombongan kurang asik ah. Seperti kata iklan, kagak ada loe kagak rame. Walau demikian wajah2 ceria masih nampak ketika foto2 di tangga menuju tempat karaoke yang terletak dekat parkiran samping hotel. Dapat masalah dalam perjalanan adalah hal yang wajar, yang penting tetap kompak dan saling dukung. Ini baru namanya Brotherhood.
Swiss Bell Hotel |
Pagi ini persiapan agak terburu2, mungkin karena start Jam 10.30 terasa sudah sangat terlambat. Diperkirakan agenda makan siang di Sampit sepertinya sulit diwujudkan. Jarak Pangkalan Bun - Sampit 235 km, dengan kondisi normal bisa ditempuh 3-4 jam. Ditambah lagi harus menunggu 30 menit di perbatasan. Ada titipan dari teman teman KNI Pangkalan Bun yang masih OTW menyusul. Titipan berupa tahu sumedang dalam kotak kertas yang masih hangat. Bahan asupan yang pas untuk turing. karena tahu merupakan sumber makanan yang kaya zat besi, menyediakan 30 persen dari nilai harian yang direkomendasikan untuk zat besi dalam 100 gram. Zat besi dalam tahu terutama digunakan sebagai bagian dari hemoglobin yang membantu dalam ransportasi dan pelepasan oksigen ke seluruh tubuh mempromosikan produksi energi.
Sungguh perhatian yang luar biasa dari kawan yang baru dikenal. Tadi malam ditraktir makan saat baru tiba. Sekarang mau berangkat masih dibekali makanan supaya kuat diatas motor. Sesuai dengan tagline mereka di kaos klub .. "Persaudaraan Tanpa Batas".
Pangkalan Lada |
Kami meninggalkan Pangkalan Bun berbarengan saat hujan turun. Deras sekali. Kondisi hujan yang sama persis seperti kemarin. Cuma sebentaran saja. Sesaat sampai di Pangkalan Lada hujan berhenti dan panas sinar matahari mulai terasa. Jalanan kering, sama sekali tidak terlihat tanda tanda bekas hujan turun. Kondisi hujan deras dan panas terus berganti selama perjalanan sampai kami berhenti di Sebabi untuk rehat siang. Berkendara sepeda motor dalam kondisi seperti ini memang butuh konsentrasi tinggi. Sebenarnya kurang asik berkendara seperti ini, adaptasi tubuh terhadap perubahan cuaca sangat menguras energi. Apalagi rute kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.
Berkejaran dengan hujan |
Lintas Pangkalan Bun - Sampit sangat padat dengan kendaraan roda empat dan roda enam. Sesekali ketemu truk roda sepuluh. Tapi tidak ada ketemu truk roda seratus, soalnya tidak ada pabrik ban di sekitar sini. Untung tadi sempat makan tahu , bekal dari bro and sis dari Pangkalan Bun yang masih hangat sepertinya memang sangat berguna.
Pukul 11.30 kami sampai di Sebabi. Hujan masih turun dengan deras. Tidak jauh dari pertigaan di jalan Jenderal Sudirman berhenti di Rumah Makan Sabrita. Desa Sebabi ini berada di Kecamatan Telawang Kotawaringin Timur. Di spanduk yang terpampang tertulis masakan khas Banjar. Tapi menu yang disajikan beragam. Rawon Sapi, Rendang Sapi, Sop Tangkar Sapi .. Indonesia banget, Bhinneka Tunggal Ika.
Pesanan soto ayam kampung mendadak saya batalkan, aroma sop daging sapi dari mangkuk yang disajikan tepat didepan hidung membuat selera langsung berubah. Disajikan panas2, menghangatkan badan yang kebasahan air hujan, tembus karena memakai jas hujan KW2. Teriakan pemilik warung tidak saya pedulikan. Dia memberitahu kalo R100GSPD roboh, parkir di tanah yang amblas karena curah hujan memang tinggi. Sajian Sop disini layaklah di promosikan, silahkan mampir kalo kebetulan melintas.
Cuaca sudah cerah pada pukul 13.10 saat mulai berkemas berangkat lagi. Tapi dari kejauhan awan berwarna abu2 tua masih menghadang. Semua memakai jas hujan, kecuali Pak Dhe. Beliau yang sudah yakin gak akan kena hujan lagi di depan. tapi kenyataan lain sampai di SPBU Penyang, Telawang (30 menit sebelum Sampit) kena hujan 3 kali. Bikers tangguh,
Badai Pasti Berlalu |
Sadar gak sempat minum jamu tolak angin tadi pagi, dari SPBU ini Pak Dhe manut mau pakai jas hujan kali ini. Walau Sampit sudah dekat, tidak mau ambil resiko kehujanan lagi. Awan hitam berarak mengikuti kami. Hujan pasti akan deras sekali.
Sepuluh menit sebelum masuk kota sampit saat kami berpapasan dengan Bro2 KNI Sampit awan makin gelap. Dan hujan baru turun gak lama setelah kami melepas jaket saat dijamu ngopi sore di Rumah Makan Mentaya, Jalan Jend Sudirman Km. 2 Sampit. Semua ketawa2 .. Pak Dhe membawa keberuntungan, hujan gak berani turun kalau beliau memakai jas hujan. Ada usulan menarik, selanjutnya biar pak Dhe saja yang pakai jas hujan sampai Palangkaraya.
"Sialan lu ... " ini jawaban tegas pertanda usulan ditolak mentah2.
Teman2 Kawasaki Ninja Squad Sampit (KANSAS) yang menyambut kami lumayan banyak, ada sekitar 7 orang. Ketua mereka Andi Marpaung berkeras hati menawarkan kami makan. Tawaran tulus yang dengan berat hati tidak bisa kami terima, perut masih kenyang bawaan dari Sebabi beberapa jam lalu. Kalo tawaran kopi hitam panas tidak ada yang menolak. memang sudah jamnya ngopi sore. Obrolan dibawah deru hujan sangat akrab, seolah baru ketemu dengan teman lama. Bahasan sekitar obrolan motor dan rute turing. Dan tidak sadar ada bahasan soal Bhinneka Tunggal Ika lagi. Anak2 KANSAS ini ternyata banyak yang berasal dari Sumatera dan Jawa. Malah Pak Ervien asik bernostalgia ngobrol dengan anak muda yang ternyata satu kampung dengannya, Madiun.
persaudaraan tanpa batas |
Pamitan kami kepada teman2 di Sampit dibarengi dengan pemberian vandel oleh Pak Dhe selaku Penasehat Club kepada Bro Andi selaku Ketum KANSAS. Gak mau melepas tamu begitu saja, kami diantar sampai jauh di luar kota. Sebelumnya disempatkan berfoto di Stadion 29 Nopember Sampit. Sore itu lumayan banyak komunitas motor berkumpul.
Tidak banyak yang bisa dilihat dalam perjalanan dari sampit menuju Palangkaraya. Hari sudah mulai gelap, Jalanan lurus yang basah bekas hujan tidak jelas terlihat. Sulit membedakan jalan gravel berdebu, aspal dan jalan berlumpur yang dilindas berganti2an.
Jam 20.00 kami baru sampai di Kasongan, Katingan Hilir. 60km sebelum Palangkaraya. Istirahat dulu di Rumah Makan Abah, sudah waktunya makan malam. Baru kali ini skedul perjalanan meleset agak jauh. Cuaca dan kondisi jalan tidak boleh disalahkan, kedua nya untuk dinikmati.
Di Km. 8 Palangkaraya lagi-lagi kami disambut. Komunitas KNI sedari sore sabar menunggu. Buat mereka suatu kehormatan bisa mengawal 'setan turing' masuk kota. Suara bising knalpot racing menghapus rasa kantuk, ditambah lagi lampu penerangan disisi jalan berjejer yang menuntun kami seolah berkata ramah selamat datang di Palangkaraya.
Welcome drink kami di Palangkaraya Wedhang Ronde dan Bubur kacang ijo di tepi Jalan RTA Milono. Hangatnya jahe sehangat sambutan Bro Bagus, Bro Aris, Bro Imam dan bro2 KNI Palangkaraya lainnya.
Finish rute hari ini, 455km.
No comments:
Post a Comment